Biografi Steven Jam - Feel The Vibration Full Album
Biografi Steven Jam - Feel The Vibration adalah judul artikel yang akan saya share untuk anda semua pecinta reggae sejati. mungkin salah satu dari kita ada yang belum tau atau mengenal Steven jam, bagaimana terbentuknya, siapa saja personilnya, berikut ini adalah iformasinya dari saya,
sjam Steven JamSteven Jam adalah sebuah konsep solo beraliran musik Reggae, dengan album title “Feel The Vibration”, merupakan album yang berisi 11 lagu mengangkat tema keseharian, sosial, dan cinta. Semua lagu dalam album ini adalah ciptahan Steven Nugraha Kaligis (vokalis Steven & Coconutreez). Konsep dasar album ini adalah Reggae namun diberikan sentuhan musik modern, seperti Pop, Rock, dll sehingga kiranya dapat diterima oleh segala lapisan. Referensi album ini diantaranya adalah Big Mountain, Sublime, 311, dan Bob Marley.
Ide atau terealisasinya dari pembuatan album ini memakan waktu 6 bulan sejak bulan Maret 2010 dengan dibantu oleh beberapa musisi lama baik musisi Reggae maupun musisi lainnya diantaranya adalah Iyus Rastafara, Iyek, Getto, Aco, Teguh Coconutreez, Indha, Boy, Deny Monkey Boots, Egi Tipe X, Anto Tipe X, Ewin Kunci, Odit, Aksa Pasukan Lima Jari, Nyonyo Marjinal, Edwin Monkey Boots, Dony Boys n Roots, Erick May, Rama BB, dll. Proses tracking dan mixing dilaksanakan di 267 studio.
Dalam pemilihan lagu unggulan untuk dijadikan video klip, pemilihannya juga disesuaikan dengan titel album. Video klip pertama dengan judul kagu “Sangat Menyenangkan” disutradarai oleh Anton Ismael. Menggambarkan suatu semangat untuk memperoleh sesuatu yang telah hilang dengan insert – insert parodi.
Berikut ini adalah single dari Steven Jam yang oke punya dari Steven Jam - Feel The Vibration.
Steven Jam - Sangat Menyenangkan
Steven Jam - Menari
Steven Jam - Nice To Meet You
Steven Jam - Bertahan
Steven Jam - Gak Perduli
Steven Jam - Gue Fallin
Steven Jam - I Fill To High
Steven Jam - Jual Madu
Steven Jam - Lagi Pingin Sendiri
Steven Jam - Nafas Buatan
Steven Jam - Terjadi Biarlah Terjadi
Sekian dari saya, slamat menikmati lagu-lagu dari Biografi Steven Jam - Feel The Vibration terima kasih telah mengunjungi blog saya, namun rekomendasi dari saya beli kaset dan cd aslinya atau pasang NSP nya agar mereka bisa dapat terus berkarya, bukan begitu?heheheh
ASAL MULA STEVEN JAM AND STEVEN COCONUT TREZZ
Kalian pasti kenal dong dengan musisi Tepenk atau biasa di panggil
Steven, yaitu vokalis dari Steven N coconut Trees atau Steven Jam ini.
Dan ketika masih di bangku sekolah dasar, ternyata Steven sudah mengenal
musik Reggae. Hal itu didapat dari pamannya yang memang senang dengan
musik Reggae. Hampir setiap pagi, pamannya selalu menikmati lagu-lagu
Bob Marley dan secara tak langsung juga didengar oleh Tepenk, panggilan
akrab Steven.
Kehidupan di masa kecil itulah yang menginspirasi Steven bermain
musik Reggae hingga saat ini. Meski pada masa awal ia hadir di ranah
permusikan Indonesia, penikmat musik di tanah air kebanyakan mengenalnya
sebagai Steven Scope, vokalis Band yang bergenre punk alternatif. Waktu
itu rambutnya gimbal lebat dan agak panjang. Gaya dan penampilan yang
sama seperti saat Reggae Indonesia bertemu di kawasan Jakarta Barat
untuk ngobrol-ngobrol.
Pria kelahiran Pekan baru, 3 januari 1975 ini mulai bermain musik
saat ia masih duduk di bangku SMP. Steven sempat memainkan musik metal
sampai ia duduk di bangku SMA . Karena memang di zaman itu, tepatnya di
tahun 1992 musik jenis Thrash Metal sangat digandrungi oleh kaum muda.
Bahkan bisa dibilang eksistensi dari musik tersebut mendominasi
perhelatan musik di tanah air. ”Jadi emang dasarnya gue udah suka
Reggae. Cuma waktu itu menjelang gue main band sudah smp. Terus
menjelang ke SMA gue cari tandem Reggae, yang main Reggae itu susah
banget. Terus pas gue lagi SMA itu kan lagi gila-gilanya trash metal”,
Steven menegaskan.
Lajang yang memiliki nama asli Stevan Nugraha Kaligis ini baru
menemukan tandem untuk bermain Reggae ketika menginjak dunia kampus.
Namun tak lantas ia meninggalkan musik berjenis metal, suara distorsi
sepertinya sudah kadung melekat dan sulit untuk ditinggalkan begitu
saja. Sekadar catatan, Steven pernah berkuliah namun tidak sampai tamat
di dua kampus berbeda.
Steven mengakui hanya dua sound yang paling disukainya di dunia ini,
Reggae dan distortion. . Dua hal yang sebenarnya bertolak belakang,
tetapi itulah Steven. Tipikal anak muda yang sepertinya memang senang
bereksplorasi. Ia mengombinasi keduanya. Dan hasilnya adalah alternative
punk, yang diusung sama-sama dalam sebuah band alternative yang
dilabeli dengan nama Scope. Band yang mengawali debut Steven di
belantika musik tanah air. Di setiap album Scope dipaksakan agar
terdapat sound Reggae. Sehingga ia punya kesempatan untuk berkolaborasi.
”Gue punya 3 album sama Scope. Jadi punya kesempatan kolaborasi itu
justru di Scope. Album yang ke-2 sama Tony Q Rastafara. Terus yang ke-3
sama Almarhum Imanez. Jadi setiap album itu ada satu lagu yang gue
paksain untuk mainin Reggae”, demikian Steven menjelaskan album yang
sudah dikeluarkan bersama Band Scope.
Selain Bob Marley, Steven punya orang-orang dari negeri sendiri yang
cukup memberikan inspirasi pada dirinya dalam memainkan musik Reggae.
Orang-orang tersebut adalah musisi Reggae yang pernah berkolaborasi
bersamanya dalam membawakan lagu Reggae, Almarhum Imanez dan Tony Q
Rastafara. Imanez menurutnya adalah sosok pemusik yang dapat
mengombinasikan bagaimana Reggae dapat diterima di telinga orang-orang
Indonesia. Menurut Steven, Almarhum Imanez dapat memainkan Reggae dengan
gayanya. Sementara Tony Q Rastafara mengajarkannya banyak hal tentang
bagaimana untuk dapat bertahan dan konsisten terus di jalurnya,
khususnya musik Reggae. Steven memiliki kekaguman tersendiri terhadap
Tony Q Rastafara yang hingga saat ini sudah hampir 22 tahun bermain
Reggae dan masih tetap bertahan. Meskipun tidak terlalu melesak
dibandingkan musik-musik yang sedang tren, menurut Steven, Tony Q
Rastafara mampu “menularkan virus” musik Reggae di Indonesia. Menurut
kesaksian Steven, jika dibandingkan dengan masa-masa dulu, saat ini
musik Reggae sudah ada di hati para penggemarnya.
Sedangkan untuk pemusik mancanegara, selain menyukai Bob Marley,
Steven juga suka Big Mountain dan Three Eleven (311). “Walaupun 311
tidak memainkan musik Reggae tapi beberapa lagunya cukup asyik untuk
didengar”, demikian Steven menegaskan. Termasuk seperti Black Uhuru dan
Freddie McGregor, ia juga menyukainya.
PEMANTIK REGGAE INDONESIA
Keinginan yang besar untuk membuat album Reggae sendiri ia wujudkan dengan merilis album solonya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven yang juga tidak terlepas dari campur tangan dingin Tony Q Rastafara, Ikon Musik Reggae di Indonesia, yang membantu dalam proses pembuatan album pertamanya.
Keinginan yang besar untuk membuat album Reggae sendiri ia wujudkan dengan merilis album solonya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven yang juga tidak terlepas dari campur tangan dingin Tony Q Rastafara, Ikon Musik Reggae di Indonesia, yang membantu dalam proses pembuatan album pertamanya.
Meski demikian Steven juga tidak terlepas dari persoalan pasar, di
mana Reggae masih sangat sulit untuk menembus industri musik tanah air.
Ia harus jungkir balik menawarkan albumnya ke label-label industri musik
untuk mencoba menembus pasar dan melawan genre yang sedang populer di
Indonesia. Menurutnya, saat itu industri musik Indonesia sangat
underestimate, sehingga meremehkan keberadaan musik Reggae.
Dengan keluarnya album The Other Side, ternyata Steven mampu
memutarbalikkan anggapan pasar industri musik di tanah air. Singel
berbahasa Inggris sebagai hits andalan di album itu, Welcome To My
Paradise, mampu menggebrak pasar industri musik di tanah air. Dengan
sedikit merendah, Steven menyebut hal ini dengan pemantik bagi Musik
Reggae di Indonesia.
BAND STEVEN & COCONUTTREEZ
Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement.
Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement.
Album perdananya di tahun 2005, The Other Side ditegaskan Steven
adalah sebagai sebuah album solo dengan nama Steven & Coconuttreezz.
Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconuttrezz dari solo menjadi
sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Di saat
mengeluarkan album keduanya. Hingga kini Steven & Coconuttreez sudah
memiliki tiga buah album. Sebagai album yang paling terakhir bertajuk
Good Atmosphere.
Steven memastikan bahwa sampai saat ini Band Steven &
Coconuttreez masih ada. Hanya saja sedang break untuk sementara waktu.
”Sedang refresh”, begitu Steven menggambarkan. Beberapa personilnya
sedang mencoba untuk membuat solo album. Ketika ditanyakan kapan Steven
& Coconuttreez akan kembali, Steven menerangkan ”Belum tau kapan
kumpul lagi. Waktunya refresh itu kan biasa dalam berkesenian. Refresh
itu sangat tergantung pada mood, masing-masing tunggu mood-nya pas. Dan
menurut feeling gue, pasti ada kangennya. Saat rasa kangen itu datang,
kan enak tuh! Kalaupun dipaksakan, misalnya tahun depan, iya kalau
mood-nya sudah bagus. Kalau belum bagus, juga gak bakalan menghasilkan
apa-apa”.
Reggae sebagai musik yang awalnya dianggap bagian dari dunia kelam
dan minoritas, bahkan major label memandang remeh karena dianggap tidak
membawa keuntungan finansial, tiba-tiba terbang ke udara dan menciptakan
suasana pertemanan. Musik ini juga menyampaikan cukup kritik, bercerita
sesuatu yang berada di sekitar dunia sosial kita dengan cukup santun
dan mudah didengarkan. Semua orang bisa berdendang dan ikut berdansa.
Seketika pikiran kebanyakan orang menjadi terbuka, setidaknya
membuka mata dan lebih jauh merasakan kedahsyatan musik yang terlahir
dari Negara Jamaika ini. Reggae meng-influence di kehidupan masyarakat
Indonesia. Walaupun tidak menciptakan ledakan namun banyak sudah yang
merasakan, adanya daya tersendiri dari musik Reggae dan komunitas yang
menjadi bagiannya.
Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia.
Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia.
Secara jujur Steven mengakui, bahwa ia tidak menginginkan adanya
ledakan yang sangat dahsyat dalam musik Reggae di Indonesia.
Kecenderungan tren musik di Indonesia diilustrasikan Steven seperti
bunyi ledakan yang mudah hilang. Menurutnya Indonesia memiliki standar
tren musik yang mudah berubah-ubah. Ketika Indonesia sedang dilanda
musik indie, maka para musisi dan penggemar musik di Indonesia akan
menggandrungi indie. Tapi begitu trennya berganti haluan menjadi pop,
sedikit demi sedikit kebanyakan dari mereka akan menepi ke pop.
”Sekarang trennya mungkin agak lama, terus yang seragam sekarang ini
sedang mengekspos cinta-cintaan”, begitu Steven menjelaskan.
Sedangkan dalam musik Reggae di Indonesia hal itu tidak akan
terjadi. Steven menegaskan, ”Reggae setidaknya memiliki line
tersendiri”. Karena Reggae di Indonesia kuat pada tataran komunitas.
Komunitas yang fanatik dalam musik Reggae tidak akan terpengaruh
terhadap kecenderungan tren yang ada.
Bob Marley dipastikan tetap mengispirasi dalam setiap album yang
digarap Steven, namun bukan berarti hal itu menjadikan ia sebagai Marley
centris. Menurut Steven, kebanyakan namun bukan suatu kesalahan, banyak
band Reggae baru di Indonesia yang terlalu Marley centris. ”Mau jadi
Bob Marley? ngedeketin (menyamakan-RI) aja susah. Sekarang mereka memang
bisa mirip Marley pada akhirnya, kasarnya seperti mukjizat. Tapi kan
orang mendingan dengar Bob Marley. Mereka cuma mirip doang, mending
mereka dengar aslinya (Bob Marley-RI)”, begitu Steven menceritakan.
Steven mengharapkan band-band Reggae Indonesia yang ada sekarang ini
untuk bermain lebih jujur, untuk mengeluarkan semua yang dimiliki.
Sehingga akan dihasilkan musik yang lebih orisinil. Kalaupun dianggap
tidak orisinil dalam genrenya, setidaknya orisinil dalam style-nya.
Pria yang pernah mengamen di kawasan Bulungan, Jakarta selama 2
tahun ini menjelaskan bahwa ia mengadaptasi Bob Marley hanya sebatas
pada spirit dan proses bermusiknya, dalam hal musikalitas belaka. Tapi
kalau bicara masalah kepercayaan, ia tidak mengikuti apa yang telah Bob
Marley lakukan, yaitu mengikuti Ajaran Rastafarian. Dikarenakan ia akan
tetap memeluk agama yang sudah dianutnya sejak lahir. Dengan tegas ia
mengatakan, ”Bagi gue, Marley bukan nabi”.
Steven menjelaskan bahwa dalam keseharian, kultur, dan jaman
sekarang ini sudah berbeda dengan apa yang dialami Bob Marley saat ia
bermain musik. ”Jamannya Reggae, jamannya Bob Marley itu lagi revolusi.
Sedangkan gue, kasarnya jamannya lagi survive. Jamannya sudah beda. Itu
akhirnya berpengaruh ke lirik-lirik yang gue bikin”, Steven menambahkan.
ALBUM STEVEN JAM
Ia menegaskan bahwa nuansa musikalitas dalam Steven Jam akan terdengar berbeda dengan apa yang sudah ada dalam band terdahulunya, Steven & Coconuttreez. Dalam album terbarunya, Feel The Vibration, Masyarakat Reggae Indonesia akan mendengarkan campuran dua sound yang berbeda, distorsi dan Reggae. Ditambah pola-pola brass section yang akan banyak diperdengarkan dalam album Steven Jam. Kebanyakan lriik dalam album ini lebih ke arah sosial sehingga akan dikurangi pada porsi politik. Karena menurutnya sudah ada Iwan fals dan Slank yang mewakili itu.
Ia menegaskan bahwa nuansa musikalitas dalam Steven Jam akan terdengar berbeda dengan apa yang sudah ada dalam band terdahulunya, Steven & Coconuttreez. Dalam album terbarunya, Feel The Vibration, Masyarakat Reggae Indonesia akan mendengarkan campuran dua sound yang berbeda, distorsi dan Reggae. Ditambah pola-pola brass section yang akan banyak diperdengarkan dalam album Steven Jam. Kebanyakan lriik dalam album ini lebih ke arah sosial sehingga akan dikurangi pada porsi politik. Karena menurutnya sudah ada Iwan fals dan Slank yang mewakili itu.
Ketidaktertarikan Steven mengeksplorasi lirik-lirik politik
disebabkan anggapan bahwa sudah banyak ”orang pintar” yang berbicara
mengenai politik. ”Maraknya demo di jalan yang jelas-jelas bernuansa
politik saja tidak didengar, apalagi gue. Gue mungkin perlu proses untuk
itu. Orang yang dengar Reggae kan sedikit, apa mungkin Reggae juga akan
didengar oleh mereka yang sudah duduk di kursi yang enak?”, begitu
Steven berpendapat.
Steven ingin Reggae di Indonesia tidak menjadi kotak, kelihatan
seperti terdapat ruh. Masih menurutnya, sebaiknya Reggae itu bisa
dikombinasikan dengan sound dan genre musik-musik yang lain biar tidak
monoton.
Dalam Steven Jam, mayoritas dipastikan akan diperkuat oleh addtional player. Di samping itu Steven juga tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads-RI), teman lamanya dalam Band Steven & Coconuttreez.
Dalam Steven Jam, mayoritas dipastikan akan diperkuat oleh addtional player. Di samping itu Steven juga tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads-RI), teman lamanya dalam Band Steven & Coconuttreez.
Untuk album ini rencananya akan ada sebelas lagu yang tentunya
dipilh paling asyik dan enak didengar bagi para pecinta musik Reggae.
Padahal Steven sendiri mengaku telah membuat 28 lagu baru,
”Hitung-hitung untuk stok mendatang”, begitu katanya.
Dipastikan album ini akan berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya.
Karena ia ingin sekali punya warna sendiri, atau istilahnya ia katakan
dengan sebutan Steven Area. Lirik dan aransemen dikerjakan sendiri,
termasuk produser tambah operator disikat semuanya. Bahkan beberapa
instrumen juga dimainkannya sendiri. Ia menyebutnya dengan kata
”monopoli” dalam penggarapan albumnya kali ini.
PEMBAJAKAN DAN RBT: DILEMA!
Dalam perbincangannya dengan Reggae Indonesia terkait maraknya praktek pembajakan, Steven sangat berharap karya yg ia hasilkan di dalam album terbaru ini terhindar dari pembajakan, walaupun kita semua bisa meyakini bahwa praktek pembajakan di tanah air sulit untuk diberantas.
Dalam perbincangannya dengan Reggae Indonesia terkait maraknya praktek pembajakan, Steven sangat berharap karya yg ia hasilkan di dalam album terbaru ini terhindar dari pembajakan, walaupun kita semua bisa meyakini bahwa praktek pembajakan di tanah air sulit untuk diberantas.
Karena ia memiliki pengalaman tersendiri dengan benalu dalam karya
musik di Indonesia ini. Pada saat album pertamanya baru dirilis dalam
bentuk kaset, ternyata compact disc versi bajakannya sudah beredar luas
di pasaran. Tidak hanya Steven, tapi seluruh musisi di belahan dunia
manapun pasti akan geram menghadapi kenyataan ini. Menurut pengakuannya,
saat penggarapan album The Other Side tersebut ia sempat mengalami
demam dan menurutnya pengerjaan album itu lebih capek daripada orang
bermain bola selama 6 tahun. Namun ia mencoba untuk berbesar hati dan
mengedepankan pemikiran yang positif, bahwa hal itu bisa digunakan untuk
promosi terselubung.
Di sisi lain, Ring Back Tone (RBT) pada akhirnya menjadi dilema bagi
Steven sebagai pemusik. RBT sekarang ini memang sudah menjadi
lifestyle. Memang RBT tidak bisa dibajak. Tapi kalau didengarkan hanya
sepenggal saja, orang tidak akan bisa menikmati musiknya secara
keseluruhan. Ibarat dua kutub magnet yang berbeda, finansial dan
musikalitas sekali lagi menjadi acuan tersendiri bagi industri musik di
Indonesia. Ironisnya, masyarakat kini lebih suka membeli RBT daripada
kaset atau CD-nya.
Mari rasakan bersama getaran yang baru dari Steven Jam. Biar lebih
asyik dan asli getarannya serta tidak merasakan hanya sepotong,
Masyarakat Reggae Indonesia disarankan untuk tidak hanya membeli RBT-nya
tapi juga membeli kaset atau CD aslinya. Masyarakatkan Reggae Indonesia
dan Reggaekan Masyarakat Indonesia. Feel The Vibration!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar